Kuttab DigitalPendidikan Dasar Anak Usia Dini

5 Contoh Marginalisasi Gender dalam Kehidupan Masyarakat

5 contoh marginalisasi gender dalam kehidupan masyarakat – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih lebih rendah dibanding laki-laki. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengungkapkan adanya kesenjangan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki. Studi dari Universitas Indonesia menunjukkan dampak marginalisasi gender terhadap kesejahteraan keluarga. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak […]

0
5

5 contoh marginalisasi gender dalam kehidupan masyarakat – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih lebih rendah dibanding laki-laki. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengungkapkan adanya kesenjangan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki. Studi dari Universitas Indonesia menunjukkan dampak marginalisasi gender terhadap kesejahteraan keluarga. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan.

5 Contoh Marginalisasi Gender dalam Kehidupan Masyarakat

Marginalisasi gender, yaitu pengabaian atau pengucilan sistematis terhadap perempuan berdasarkan jenis kelaminnya, merupakan masalah serius yang masih terjadi di Indonesia. Fenomena ini berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan, dari ekonomi hingga politik. Berikut lima contoh nyata marginalisasi gender yang perlu mendapat perhatian serius:

1. Kesenjangan Upah

Salah satu bentuk marginalisasi gender yang paling mencolok adalah kesenjangan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki. Meskipun memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sama, perempuan seringkali menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain diskriminasi gender dalam perekrutan, promosi, dan penentuan gaji. Perusahaan seringkali memberikan prioritas pada laki-laki untuk posisi-posisi penting, sementara perempuan ditempatkan pada posisi yang kurang bergengsi dan bergaji rendah.

Praktik ini memperkuat ketidaksetaraan ekonomi dan memperburuk kondisi perempuan, terutama perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga.

2. Representasi Politik yang Minim

Perempuan masih kurang terwakili dalam dunia politik. Proporsi perempuan di parlemen, pemerintahan, dan lembaga-lembaga pengambil keputusan lainnya masih jauh dari ideal. Kurangnya representasi perempuan ini berdampak pada kebijakan publik yang kurang responsif terhadap kebutuhan dan permasalahan perempuan. Keputusan-keputusan penting yang diambil seringkali tidak mempertimbangkan perspektif perempuan, sehingga berpotensi merugikan kepentingan perempuan.

Tabel berikut menunjukkan contoh perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki dalam posisi kepemimpinan di beberapa sektor:

Sektor Jumlah Perempuan Jumlah Laki-laki Persentase Perempuan
Parlemen 200 500 28%
Pemerintahan Pusat 50 150 25%
BUMN 100 300 25%

Data di atas hanyalah ilustrasi, angka sebenarnya dapat bervariasi tergantung sumber dan periode pengamatan. Namun, data tersebut secara umum menunjukkan bahwa representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan masih sangat rendah.

3. Beban Kerja Ganda, 5 contoh marginalisasi gender dalam kehidupan masyarakat

Perempuan seringkali menghadapi beban kerja ganda, yaitu bertanggung jawab atas pekerjaan di rumah dan di tempat kerja. Mereka harus mengurus rumah tangga, membesarkan anak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, selain bekerja di luar rumah. Beban kerja ganda ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental, mengurangi produktivitas, dan mempengaruhi kesehatan perempuan.

4. Kekerasan terhadap Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan merupakan bentuk marginalisasi gender yang sangat serius. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi. Kekerasan ini seringkali terjadi di dalam rumah tangga, dan pelakunya seringkali adalah pasangan atau anggota keluarga. Kekerasan terhadap perempuan berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental korban, dan dapat menyebabkan kematian.

5. Akses Pendidikan dan Pelatihan yang Terbatas

Perempuan seringkali memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan dan pelatihan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain norma sosial yang membatasi perempuan untuk bersekolah, kemiskinan, dan kekurangan kesempatan. Kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan menghalangi perempuan untuk mengembangkan potensi dan keterampilannya, serta mengurangi kesempatan kerja mereka.

  • Minimnya kesempatan beasiswa bagi perempuan.
  • Adanya stigma negatif terhadap perempuan yang berpendidikan tinggi.
  • Kurangnya fasilitas pendidikan yang ramah perempuan.

Perlu upaya bersama untuk mengatasi marginalisasi gender. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat luas perlu berperan aktif dalam menciptakan kesetaraan gender. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesetaraan gender, memberikan akses yang sama terhadap pendidikan dan pelatihan, menciptakan lingkungan kerja yang adil dan tidak diskriminatif, dan memberikan perlindungan bagi korban kekerasan terhadap perempuan.

Nah, itulah lima contoh marginalisasi gender yang masih kita temui di masyarakat. Semoga artikel ini bisa membuka mata kita semua ya! Terima kasih sudah membaca sampai selesai, dan sampai jumpa lagi di artikel menarik lainnya!

p
WRITTEN BY

pelajar

Responses (0 )