Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular. Nyamuk Aedes Aegypti bertindak sebagai vektor DBD. Kejadian DBD meningkat saat musim hujan. DBD Shock Syndrome (DSS) adalah komplikasi berbahaya. DSS menyebabkan penurunan tekanan darah drastis.
Kematian dapat terjadi akibat DSS.
DBD Shock Syndrome: Ancaman Serius Akibat Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
-Aedes aegypti* dan
-Aedes albopictus*. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meskipun banyak kasus DBD hanya menyebabkan gejala ringan seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, sebagian kecil pasien dapat mengalami komplikasi yang lebih serius, yaitu DBD Shock Syndrome (DSS).
DSS adalah kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan medis segera.
Apa Itu DBD Shock Syndrome (DSS)?
DBD Shock Syndrome (DSS) merupakan stadium lanjut dari infeksi virus dengue yang ditandai dengan penurunan tekanan darah yang drastis (syok) dan disfungsi organ. Kondisi ini terjadi akibat kebocoran plasma dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya, yang menyebabkan penurunan volume darah dan tekanan darah yang tidak memadai untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke organ-organ vital. DSS adalah komplikasi yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Gejala DBD Shock Syndrome (DSS)
Gejala DSS biasanya muncul antara hari ke-3 dan ke-7 setelah timbulnya demam. Penting untuk memantau dengan cermat pasien DBD, terutama anak-anak, untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini DSS. Berikut adalah beberapa gejala DSS yang perlu diwaspadai:
- Demam Tinggi: Demam biasanya turun atau hilang sama sekali, tetapi ini bukan berarti pasien sudah sembuh. Penurunan demam justru bisa menjadi tanda awal DSS.
- Nyeri Perut yang Hebat: Nyeri perut yang terus-menerus dan semakin parah adalah gejala umum DSS.
- Muntah Terus-Menerus: Muntah yang tidak terkendali dapat menyebabkan dehidrasi dan memperburuk kondisi syok.
- Perdarahan: Perdarahan dapat terjadi dari hidung (mimisan), gusi, atau di bawah kulit (bercak merah kecil atau memar).
- Gelisah atau Lesu: Pasien mungkin tampak sangat gelisah, bingung, atau justru sangat lesu dan tidak responsif.
- Napas Cepat dan Dangkal: Kesulitan bernapas adalah tanda bahwa organ-organ vital tidak mendapatkan cukup oksigen.
- Kulit Dingin dan Lembap: Kulit mungkin terasa dingin dan lembap akibat penurunan sirkulasi darah.
- Penurunan Tekanan Darah: Ini adalah ciri utama DSS. Tekanan darah mungkin sangat rendah sehingga sulit diukur.
- Penurunan Kesadaran: Pada kasus yang parah, pasien dapat kehilangan kesadaran.
Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala di atas setelah didiagnosis DBD, segera cari pertolongan medis di rumah sakit terdekat. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Penyebab DBD Shock Syndrome (DSS)
Meskipun mekanisme pasti yang menyebabkan DSS belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor diyakini berperan dalam perkembangan kondisi ini:
- Infeksi Virus Dengue: DSS disebabkan oleh infeksi virus dengue, terutama serotipe DEN-2 dan DEN-3.
- Respons Imun yang Berlebihan: Sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi virus dengue, melepaskan zat-zat kimia inflamasi yang menyebabkan kebocoran plasma dari pembuluh darah.
- Kebocoran Plasma: Peningkatan permeabilitas pembuluh darah menyebabkan plasma (bagian cair darah) keluar dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya, mengakibatkan penurunan volume darah dan tekanan darah.
- Disregulasi Sistem Pembekuan Darah: DSS dapat menyebabkan gangguan pada sistem pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
- Faktor Risiko: Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami DSS setelah terinfeksi virus dengue, termasuk:
- Infeksi dengue sekunder (terinfeksi virus dengue untuk kedua kalinya atau lebih)
- Usia (anak-anak lebih rentan)
- Kondisi medis tertentu (misalnya, asma, diabetes)
Diagnosis DBD Shock Syndrome (DSS)
Diagnosis DSS didasarkan pada kombinasi gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengevaluasi kondisi pasien dan menyingkirkan penyebab lain dari syok. Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan meliputi:
- Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC): Untuk memeriksa jumlah sel darah, termasuk trombosit (keping darah). Trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah) adalah ciri khas DBD.
- Pemeriksaan Hematokrit: Untuk mengukur persentase sel darah merah dalam volume darah. Peningkatan hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma.
- Pemeriksaan Fungsi Hati: Untuk mengevaluasi fungsi hati. Enzim hati mungkin meningkat pada pasien dengan DSS.
- Pemeriksaan Elektrolit: Untuk mengukur kadar elektrolit dalam darah. Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi pada pasien dengan DSS.
- Pemeriksaan Urinalisis: Untuk memeriksa fungsi ginjal.
- Pemeriksaan Rontgen Dada: Untuk mendeteksi adanya efusi pleura (penumpukan cairan di sekitar paru-paru).
Penanganan DBD Shock Syndrome (DSS): DBD Shock Syndrome, Ini Gejala Dan Penyebabnya
Penanganan DSS harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang memadai. Tujuan utama penanganan adalah untuk memulihkan volume darah dan tekanan darah, serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan meliputi:
- Resusitasi Cairan: Pemberian cairan intravena (infus) adalah kunci untuk menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran plasma dan meningkatkan volume darah. Jenis cairan yang digunakan dan kecepatan pemberian akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Pemberian Oksigen: Pasien mungkin memerlukan pemberian oksigen untuk memastikan organ-organ vital mendapatkan cukup oksigen.
- Pemantauan Ketat: Tekanan darah, denyut jantung, pernapasan, dan produksi urine akan dipantau secara ketat untuk mengevaluasi respons pasien terhadap pengobatan.
- Transfusi Darah atau Trombosit: Jika terjadi perdarahan yang signifikan atau jumlah trombosit sangat rendah, transfusi darah atau trombosit mungkin diperlukan.
- Obat-obatan: Beberapa obat-obatan mungkin diberikan untuk membantu meningkatkan tekanan darah dan mengurangi peradangan.
- Dukungan Organ: Pada kasus yang parah, pasien mungkin memerlukan dukungan organ, seperti ventilator (alat bantu pernapasan) atau dialisis (cuci darah).
Pencegahan DBD Shock Syndrome (DSS)
Pencegahan DBD secara umum adalah kunci untuk mencegah DSS. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

Source: slideplayer.com
- Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN): Melakukan PSN secara rutin dengan metode 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan Plus mencegah gigitan nyamuk).
- Penggunaan Kelambu: Tidur menggunakan kelambu, terutama pada siang hari.
- Penggunaan Obat Nyamuk: Menggunakan obat nyamuk atau lotion anti nyamuk.
- Vaksinasi Dengue: Vaksinasi dengue dapat membantu melindungi dari infeksi virus dengue dan mengurangi risiko terkena DBD yang parah. Konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai vaksinasi dengue.
Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai gejala DBD dan DSS agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin.
Gejala | DBD | DSS |
---|---|---|
Demam | Tinggi (39-40°C) | Mungkin turun atau hilang |
Sakit Kepala | Umum | Umum |
Nyeri Otot dan Sendi | Umum | Umum |
Mual dan Muntah | Mungkin terjadi | Muntah terus-menerus |
Ruam Kulit | Mungkin terjadi | Mungkin terjadi |
Nyeri Perut | Ringan hingga sedang | Hebat dan terus-menerus |
Perdarahan | Mungkin terjadi (mimisan, gusi berdarah) | Sering terjadi (mimisan, gusi berdarah, memar, perdarahan internal) |
Tekanan Darah | Normal atau sedikit menurun | Menurun drastis (syok) |
Kesadaran | Biasanya normal | Mungkin gelisah, lesu, atau kehilangan kesadaran |
Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai DBD Shock Syndrome. Ingat, pencegahan lebih baik daripada mengobati. Jaga kebersihan lingkungan dan segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami gejala DBD.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini. Semoga informasi ini berguna untuk Anda dan keluarga. Jangan lupa untuk berkunjung kembali, ya! Kami akan terus menyajikan informasi kesehatan yang bermanfaat dan terpercaya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!