Kenapa Bulan Mei Masih Hujan? Ini Penjelasannya – Fenomena cuaca Indonesia menunjukkan anomali. Hujan mengguyur sebagian wilayah Indonesia. Bulan Mei seharusnya memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah.
Kenapa Bulan Mei Masih Hujan? Ini Penjelasannya
Bulan Mei, secara umum, menandai transisi dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, kenyataannya, curah hujan masih cukup tinggi di beberapa daerah. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan: mengapa demikian? Berikut adalah beberapa faktor utama yang menyebabkan fenomena ini:
1. Pengaruh Monsun Asia dan Australia
Indonesia terletak di antara dua benua besar, Asia dan Australia, yang memengaruhi pola angin muson. Angin muson adalah sistem angin periodik yang berubah arah setiap enam bulan sekali.
- Monsun Asia: Pada bulan-bulan musim dingin di belahan bumi utara (sekitar November hingga Maret), angin bertiup dari Asia menuju Australia. Angin ini membawa udara kering dan dingin dari daratan Asia, yang menyebabkan musim kemarau di Indonesia.
- Monsun Australia: Sebaliknya, pada bulan-bulan musim panas di belahan bumi utara (sekitar Mei hingga September), angin bertiup dari Australia menuju Asia. Angin ini membawa udara lembap dari Samudra Hindia, yang dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia, terutama di wilayah Indonesia bagian selatan.
Meskipun bulan Mei seharusnya menjadi periode transisi menuju dominasi Monsun Australia, terkadang transisi ini tidak terjadi secara mulus. Ada kalanya Monsun Asia masih cukup kuat, atau Monsun Australia datang terlambat atau tidak sekuat biasanya. Hal ini dapat menyebabkan curah hujan tetap tinggi di beberapa wilayah.
2. Interaksi Antar-Muka Laut dan Atmosfer
Suhu permukaan laut (SPL) di sekitar Indonesia memainkan peran penting dalam pembentukan awan dan curah hujan. Perbedaan suhu antara laut dan atmosfer dapat menciptakan ketidakstabilan atmosfer, yang memicu pembentukan awan konvektif (awan Cumulonimbus) yang menghasilkan hujan lebat.
Fenomena seperti:
- El Niño-Southern Oscillation (ENSO): El Niño, yang ditandai dengan pemanasan SPL di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, dapat menyebabkan penurunan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Sebaliknya, La Niña, yang ditandai dengan pendinginan SPL di wilayah yang sama, dapat meningkatkan curah hujan.
- Indian Ocean Dipole (IOD): IOD adalah fenomena serupa yang terjadi di Samudra Hindia. IOD positif, yang ditandai dengan SPL yang lebih hangat di bagian barat Samudra Hindia dan lebih dingin di bagian timur, dapat meningkatkan curah hujan di Indonesia. IOD negatif memiliki efek sebaliknya.
Kombinasi dari ENSO dan IOD, serta anomali SPL lokal lainnya, dapat memengaruhi pola curah hujan di Indonesia secara signifikan. Jika terjadi kombinasi yang mendukung peningkatan kelembapan dan ketidakstabilan atmosfer, maka curah hujan di bulan Mei dapat tetap tinggi.
3. Gelombang Atmosfer Equatorial (Equatorial Waves), Kenapa Bulan Mei Masih Hujan? Ini Penjelasannya
Gelombang atmosfer equatorial adalah gangguan atmosfer yang bergerak di sepanjang garis khatulistiwa. Gelombang ini dapat memicu pembentukan awan dan curah hujan di wilayah yang dilewatinya. Beberapa jenis gelombang atmosfer equatorial yang umum memengaruhi Indonesia adalah:
- Madden-Julian Oscillation (MJO): MJO adalah gelombang atmosfer yang bergerak dari barat ke timur di sekitar garis khatulistiwa dengan periode 30-60 hari. MJO dapat memodulasi curah hujan di Indonesia, dengan fase aktif MJO yang seringkali dikaitkan dengan peningkatan curah hujan.
- Gelombang Kelvin: Gelombang Kelvin adalah gelombang atmosfer yang bergerak ke arah timur di sepanjang garis khatulistiwa. Gelombang ini dapat memicu pembentukan awan dan curah hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian timur.
- Gelombang Rossby Equatorial: Gelombang Rossby Equatorial adalah gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang garis khatulistiwa. Gelombang ini dapat memicu pembentukan awan dan curah hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian barat.
Keberadaan dan interaksi dari berbagai gelombang atmosfer equatorial ini dapat menyebabkan fluktuasi curah hujan di Indonesia, termasuk di bulan Mei.
4. Faktor Lokal dan Topografi
Kondisi lokal dan topografi suatu wilayah juga dapat memengaruhi curah hujan. Wilayah pegunungan, misalnya, cenderung menerima curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dataran rendah. Hal ini disebabkan oleh efek orografik, di mana udara lembap dipaksa naik oleh pegunungan, mendingin, dan menghasilkan hujan.
Selain itu, tutupan lahan juga dapat memengaruhi curah hujan. Wilayah dengan tutupan hutan yang luas cenderung memiliki curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang gundul. Hal ini disebabkan oleh peran hutan dalam siklus hidrologi, seperti transpirasi dan evaporasi.
5. Perubahan Iklim
Perubahan iklim global juga berkontribusi terhadap perubahan pola curah hujan di Indonesia. Peningkatan suhu global dapat menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kelembapan atmosfer dan curah hujan.
Selain itu, perubahan iklim juga dapat memengaruhi frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem, seperti banjir dan kekeringan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan curah hujan ekstrem di beberapa wilayah Indonesia, termasuk di bulan Mei.

Source: com.sg
Faktor | Penjelasan | Pengaruh pada Curah Hujan |
---|---|---|
Monsun Asia dan Australia | Pola angin muson yang berubah arah setiap enam bulan | Transisi yang tidak mulus dapat menyebabkan curah hujan tetap tinggi |
Interaksi Antar-Muka Laut dan Atmosfer | Perbedaan suhu antara laut dan atmosfer, serta fenomena ENSO dan IOD | Mempengaruhi kelembapan dan ketidakstabilan atmosfer |
Gelombang Atmosfer Equatorial | Gangguan atmosfer yang bergerak di sepanjang garis khatulistiwa (MJO, Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby Equatorial) | Memicu pembentukan awan dan curah hujan |
Faktor Lokal dan Topografi | Kondisi lokal dan topografi suatu wilayah (pegunungan, tutupan lahan) | Memengaruhi distribusi curah hujan |
Perubahan Iklim | Peningkatan suhu global dan perubahan pola cuaca ekstrem | Meningkatkan kelembapan atmosfer dan curah hujan ekstrem |
Jadi, itulah beberapa alasan kenapa bulan Mei ini masih sering hujan. Kompleksitas interaksi berbagai faktor cuaca membuat prediksi menjadi tantangan tersendiri. Penting bagi kita untuk terus memantau informasi dari BMKG dan bersiap menghadapi segala kemungkinan cuaca yang terjadi.
Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai! Semoga penjelasan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang fenomena cuaca di Indonesia. Jangan lupa untuk kembali lagi nanti, ya, karena kami akan terus menyajikan informasi menarik dan terpercaya seputar cuaca dan iklim.