Table of Contents

Sa’ad bin Abi Waqqash, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, memiliki ibu bernama Hamnah binti Sufyan. Hamnah binti Sufyan menganut keyakinan paganisme yang kuat. Sa’ad bin Abi Waqqash memeluk Islam di usia muda. Keputusan Sa’ad memicu konflik dengan ibunya. Hamnah binti Sufyan melakukan ancaman mogok makan untuk membujuk Sa’ad kembali ke agama leluhurnya.

Kisah ini menggambarkan ujian keimanan dan ketaatan seorang anak kepada Allah SWT di atas segalanya.

Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash dengan Ibunya: Ujian Keimanan dan Ketaatan

Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash dengan ibunya adalah salah satu contoh klasik dalam sejarah Islam yang menggambarkan betapa beratnya ujian keimanan yang dihadapi oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW di awal-awal penyebaran agama Islam. Sa’ad bin Abi Waqqash, seorang pemuda Quraisy yang gagah berani dan cerdas, termasuk dalam golongan
-Assabiqunal Awwalun*, yaitu orang-orang yang pertama kali memeluk Islam. Keislamannya ini, bagaimanapun, tidak diterima dengan baik oleh ibunya, Hamnah binti Sufyan, seorang wanita yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan kepercayaan nenek moyangnya.

Latar Belakang Sa’ad bin Abi Waqqash, Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash dengan Ibunya

Sa’ad bin Abi Waqqash berasal dari Bani Zuhrah, salah satu klan terkemuka di Mekkah. Ia dikenal sebagai seorang pemuda yang pemberani, ahli dalam memanah, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga ( al-‘Asyrah al-Mubasysyarun bil Jannah). Keislamannya terjadi secara diam-diam, karena ia menyadari bahwa pengumuman terbuka akan menimbulkan masalah besar, terutama dengan keluarganya yang sangat kuat memegang teguh agama nenek moyang mereka.

Reaksi Sang Ibu: Hamnah Binti Sufyan

Ketika Hamnah binti Sufyan mengetahui bahwa putranya telah memeluk Islam, ia sangat marah dan kecewa. Sebagai seorang wanita yang sangat mencintai putranya, ia merasa dikhianati dan khawatir bahwa Sa’ad telah meninggalkan agama leluhurnya. Hamnah binti Sufyan berusaha dengan segala cara untuk membujuk Sa’ad agar kembali ke agama nenek moyangnya. Ia menggunakan berbagai macam cara, mulai dari rayuan, ancaman, hingga pemaksaan.

Ancaman Mogok Makan: Bentuk Tekanan Emosional

Salah satu cara yang paling dramatis yang digunakan oleh Hamnah binti Sufyan adalah dengan melakukan ancaman mogok makan. Ia bersumpah tidak akan makan dan minum sampai Sa’ad meninggalkan Islam dan kembali ke agama nenek moyangnya. Ancaman ini merupakan bentuk tekanan emosional yang sangat berat bagi Sa’ad. Ia sangat mencintai ibunya dan tidak ingin melihat ibunya menderita. Namun, di sisi lain, ia juga tidak ingin mengkhianati keyakinannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Berikut adalah poin-poin penting terkait ancaman mogok makan Hamnah binti Sufyan:

  • Tujuan: Memaksa Sa’ad untuk meninggalkan Islam.
  • Metode: Mogok makan dan minum sampai Sa’ad memenuhi permintaannya.
  • Dampak bagi Sa’ad: Konflik batin yang hebat antara cinta kepada ibu dan ketaatan kepada Allah SWT.

Keteguhan Iman Sa’ad bin Abi Waqqash

Meskipun menghadapi tekanan yang sangat berat dari ibunya, Sa’ad bin Abi Waqqash tetap teguh pada keyakinannya. Ia menolak untuk mengkhianati Islam, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang sangat berat. Ia berkata kepada ibunya, “Wahai Ibu, demi Allah, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa itu keluar satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agama ini.”

Turunnya Wahyu: Peneguhan dari Allah SWT

Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash ini menjadi perhatian Allah SWT. Kemudian, Allah SWT menurunkan wahyu yang meneguhkan keteguhan iman Sa’ad dan memberikan panduan bagi umat Islam dalam menghadapi situasi serupa. Ayat yang diturunkan adalah Surah Al-Ankabut ayat 8, yang berbunyi:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kamu kembali, lalu Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa seorang anak wajib berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Namun, jika orang tua memaksa anak untuk melakukan perbuatan syirik, maka anak tidak boleh menaati mereka. Ketaatan kepada Allah SWT harus diutamakan di atas segala-galanya.

Akhir Kisah: Hamnah Binti Sufyan Mengalah

Setelah beberapa hari melakukan mogok makan, Hamnah binti Sufyan akhirnya menyerah. Ia menyadari bahwa putranya tidak akan pernah meninggalkan Islam. Ia pun kemudian makan dan minum kembali. Meskipun ia tidak memeluk Islam, ia tetap menghormati keyakinan putranya.

Pelajaran yang Dapat Dipetik

Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash dengan ibunya mengandung banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Di antaranya adalah:

Kisah Sa'ad bin Abi Waqqash dengan Ibunya

Source: lirboyo.net

  1. Keimanan harus diutamakan di atas segala-galanya. Seorang Muslim harus rela mengorbankan apapun demi mempertahankan keyakinannya kepada Allah SWT.
  2. Berbuat baik kepada orang tua adalah wajib, kecuali jika mereka memerintahkan untuk melakukan perbuatan syirik. Ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada ketaatan kepada siapapun.
  3. Ujian keimanan adalah sunnatullah. Setiap Muslim akan diuji keimanannya dengan berbagai macam cara. Barangsiapa yang sabar dan teguh dalam menghadapi ujian, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
Aspek Pelajaran
Keimanan Prioritas utama dalam hidup seorang Muslim.
Ketaatan kepada orang tua Wajib, kecuali jika bertentangan dengan perintah Allah.
Ujian Bagian dari perjalanan hidup seorang Muslim.

Kisah ini memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalu teguh dalam memegang teguh ajaran Islam, meskipun menghadapi berbagai macam rintangan dan cobaan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk istiqomah di jalan-Nya.