Perbedaan hukum objektif dan hukum subjektif beserta contohnya – Hukum merupakan aturan umum dalam suatu masyarakat. Namun, hukum sendiri ternyata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu hukum objektif dan hukum subjektif. Perbedaannya signifikan, dari definisinya hingga praktiknya. Di sini, kita akan menjelajahi perbedaannya, menggunakan contoh-contoh yang jelas dan fakta ilmiah.
Hukum objektif adalah pernyataan tentang fakta, yang dapat dipverifikasi dan diuji. Contohnya, “Air membeku pada suhu kurang dari 0 derajat Celsius.” Hal ini dapat dicobai dan dipverifikasi. Sementara itu, hukum subjektif adalah pernyataan tentang rasa atau pemahaman individu, yang tidak dapat dipverifikasi seperti fakta.
Contohnya, “Rasanya, makanan ini enak.”
Pengertian Hukum Objektif dan Hukum Subjektif
Hukum merupakan haluan asas dalam mengatur hubungan antara individu dan masyarakat. Secara umum, hukum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hukum objektif dan hukum subjektif. Berikut ini penjelasan mengenai hukum objektif dan hukum subjektif serta perbedaan antara keduanya.
Definisi Hukum Objektif dan Hukum Subjektif
Hukum objektif merupakan hukum yang bersifat umum dan absolus, yang berlaku untuk seluruh masyarakat tanpa memperhitungkan keinginan atau kepentingan individu. Selain itu, hukum objektif dapat dipahami dan dijelaskan dengan logika dan akal, sehingga dapat diartikan dan dipahami oleh setiap orang.
Misalnya, hukum undang-undang yang mengatur tentang hukuman pidana yang akan dihukum kepada orang yang melakukan tindak pidana.Sementara itu, hukum subjektif adalah hukum yang bersifat individu dan tergantung pada situasi dan keinginan individu. Hukum subjektif dapat berbeda-beda menurut setiap orang, tergantung pada pemahaman dan situasi masing-masing.
Misalnya, hukum kebebasan beragama yang berlaku di suatu negara, yaitu setiap orang memiliki hak untuk mengamati agama apapun yang diinginkannya.
Perbedaan Antara Hukum Objektif dan Hukum Subjektif
Berikut beberapa perbedaan utama antara hukum objektif dan hukum subjektif:
- Hukum objektif bersifat umum dan absolus, sedangkan hukum subjektif bersifat individu dan tergantung pada situasi dan keinginan individu.
- Hukum objektif dapat dipahami dan dijelaskan dengan logika dan akal, sedangkan hukum subjektif dapat berbeda-beda menurut setiap orang.
- Hukum objektif berlaku untuk seluruh masyarakat, sedangkan hukum subjektif hanya berlaku untuk individu.
- Hukum objektif dapat dipahami dan dipahami oleh setiap orang, sedangkan hukum subjektif dapat sulit dipahami oleh orang lain.
Tabel Penelusuran Hukum Objektif dan Hukum Subjektif, Perbedaan hukum objektif dan hukum subjektif beserta contohnya
Berikut tabel yang membandingkan hukum objektif dan hukum subjektif berdasarkan beberapa aspek penting:
Aspek | Hukum Objektif | Hukum Subjektif |
---|---|---|
Bersifat | Umum dan absolus | Individu dan tergantung pada situasi dan keinginan individu |
Pemahaman | Dapat dipahami dan dijelaskan dengan logika dan akal | Berbeda-beda menurut setiap orang |
Berlaku untuk | Seluruh masyarakat | Individu |
Dipahami oleh | Setiap orang | Orang lain dapat sulit dipahami |
Contoh Hukum Objektif dan Hukum Subjektif
Hukum objektif dan hukum subjektif adalah dua jenis hukum yang berbeda dalam aspek penerapannya. Hukum objektif lebih fokus pada fakta dan bukti yang bisa dipicu, sementara hukum subjektif lebih bergantung pada pendapat dan persepsi individu. Untuk lebih memahami perbedaannya, berikut beberapa contoh dari kedua jenis hukum ini.
Contoh Hukum Objektif
“Apabila suatu benda yang bergerak, sewaktu-waktu menemui sesuatu yang tidak dapat dipindahkan maka akan terjadi gerakan yang dikenal sebagai “impak” atau “gejala” dari hukum gerak newton.”
Contoh di atas dapat dikategorikan sebagai hukum objektif karena hukum gerak newton dapat dipimpin dan diterapkan dalam berbagai situasi. Hukum ini tidak tergantung pada pendapat atau persepsi individu, melainkan didasarkan pada fakta-fakta yang bisa diukur dan dipicu. Sehingga, hukum ini dapat dianggap sebagai benar-benar universal dan berlaku di mana saja dan kapan saja.
Contoh Hukum Subjektif
“Estetika adalah ilmu yang mempelajari tentang kecantikan dan keindahan, serta nilai-nilai lain yang berkaitan dengan keindahan seni.”
Contoh di atas dapat dikategorikan sebagai hukum subjektif karena estetika lebih bergantung pada pendapat individu mengenai apa yang sopan dan tidak sopan. Hukum ini tidak dapat dipimpin oleh fakta atau bukti yang bisa diukur, melainkan didasarkan pada persepsi dan pendapat orang-orang.
Sehingga, hukum estetika berbeda-beda setiap orang dan tidak dapat dipimpin sebagai universal.
Hukum Objektif dan Hukum Subjektif dalam Praktik
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi situasi dimana hukum objektif dan hukum subjektif berinteraksi. Hukum objektif merupakan hukum yang ditetapkan oleh undang-undang dan berlaku untuk semua orang. Sementara itu, hukum subjektif adalah hukum yang ditetapkan oleh setiap individu berdasarkan pada pemahaman dan persepsi mereka sendiri.
Berinteraksi di Antara Hukum Objektif dan Hukum Subjektif
Dalam beberapa situasi, hukum objektif dan hukum subjektif dapat bertentangan. Sebagai contoh, dalam situasi kecelakaan lalu lintas, hukum objektif menetapkan bahwa pengendara yang menyebabkan kecelakaan harus bertanggung jawab. Namun, pengendara yang menyebabkan kecelakaan mungkin memiliki hukum subjektif yang berbeda, misalnya, dia beranggapan bahwa dia tidak salah karena menurutnya, pengendara lainnya yang tidak berehat saat melintasi lampu merah.
Skenario dalam Praktik
Berikut adalah skenario di mana hukum objektif dan hukum subjektif harus dipertimbangkan:Sebuah perusahaan memiliki aturan yang tidak boleh makan atau minum saat bekerja. Namun, seorang karyawan memiliki hukum subjektif yang berbeda, yaitu dia percaya bahwa dia harus minum air berkadar tinggi karena dia sedang hamil.
Di sisi lain, perusahaan memiliki hukum objektif untuk memastikan kesehatan dan keselamatan karyawannya.Dalam situasi ini, hukum objektif dan hukum subjektif saling bertentangan. Untuk mengatasi situasi ini, kedua belah pihak harus bernegosiasi dan menemukan solusi yang memadai. Dalam hal ini, perusahaan dapat menyesuaikan aturannya untuk mencantumkan kebutuhan khusus karyawan hamil.
Namun, karyawan juga harus memahami dan mematuhi aturan perusahaan.
Rekomendasi
Dalam situasi dimana terdapat perbedaan antara hukum objektif dan hukum subjektif, rekomendasi adalah:
- Dialog dan komunikasi terbuka antara kedua belah pihak.
- Memahami dan mengambil tindakan sesuai dengan hukum objektif dan hukum subjektif.
- Untuk mencapai solusi yang memadai, kedua belah pihak harus bersedia untuk membahas dan mengenal pasti tingkat kekentalan hukum yang bertentangan.
Ringkasan Terakhir: Perbedaan Hukum Objektif Dan Hukum Subjektif Beserta Contohnya
Hukum objektif dan subjektif memiliki peranan penting masing-masing di berbagai situasi. Hukum objektif memberikan dasar keputusan yang bersifat rationa dan logis, sementara hukum subjektif memperjelas pemahaman individu dan kebutuhan psikologis. Melalui pendekatan dan penerapannya yang tepat, kedua hukum ini dapat menjadi landasan untuk membangun suatu masyarakat adil dan harmoni.
FAQ Terkini
Apa itu hukum objektif?
Hukum objektif adalah pernyataan tentang fakta, yang dapat dipverifikasi dan diuji.
Apa itu hukum subjektif?
Hukum subjektif adalah pernyataan tentang rasa atau pemahaman individu, yang tidak dapat dipverifikasi seperti fakta.
Bagaimana cara membedakan hukum objektif dan subjektif?
Hukum objektif dapat dicobai dan dipverifikasi seperti fakta, sementara hukum subjektif merupakan pernyataan tentang rasa atau pemahaman individu.
Responses (0 )