Table of Contents

Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama – Pagar Nusa, sebagai organisasi otonom, menjadi wadah bagi seni bela diri pencak silat. Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, melahirkan Pagar Nusa. Pencak silat, warisan budaya Indonesia, diakui oleh Pagar Nusa. Pendirian Pagar Nusa, pada tanggal 22 Suro 1368 H atau 1986 M, menandai komitmen NU terhadap pelestarian pencak silat. K.H.

Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama

Source: olahragatimes.com

Mustofa Bisri, seorang tokoh NU, memberikan dukungan penting bagi Pagar Nusa.

Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama

Pagar Nusa, singkatan dari Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa, merupakan organisasi otonom di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini memiliki peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan seni bela diri pencak silat di kalangan warga NU dan masyarakat luas. Sejarah Pagar Nusa tidak bisa dilepaskan dari sejarah NU itu sendiri, serta perkembangan pencak silat sebagai bagian dari budaya Indonesia.

Latar Belakang Pendirian Pagar Nusa, Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama

Pada awal berdirinya, NU belum memiliki wadah khusus untuk menaungi dan mengembangkan pencak silat. Padahal, banyak tokoh dan warga NU yang memiliki kemampuan dan minat di bidang ini. Keberadaan berbagai perguruan pencak silat yang berafiliasi dengan NU tersebar di berbagai daerah, namun belum terkoordinasi dengan baik. Kondisi ini mendorong para tokoh NU untuk menggagas pembentukan sebuah organisasi yang dapat menyatukan dan mengembangkan potensi pencak silat di lingkungan NU.

Selain itu, kekhawatiran akan punahnya pencak silat sebagai warisan budaya bangsa juga menjadi salah satu faktor pendorong pendirian Pagar Nusa. Modernisasi dan masuknya budaya asing dikhawatirkan dapat menggerus minat generasi muda terhadap pencak silat. Oleh karena itu, NU merasa terpanggil untuk ikut serta melestarikan dan mengembangkan pencak silat sebagai bagian dari identitas bangsa.

Proses Pembentukan Pagar Nusa

Gagasan pendirian Pagar Nusa mulai bergulir pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984. Dalam muktamar tersebut, para peserta menyadari pentingnya pembentukan sebuah organisasi yang dapat menaungi dan mengembangkan pencak silat di lingkungan NU. Setelah melalui serangkaian diskusi dan musyawarah, akhirnya disepakati pembentukan sebuah tim perumus yang bertugas menyusun konsep dan struktur organisasi Pagar Nusa.

Tim perumus ini terdiri dari para tokoh NU yang memiliki kompetensi di bidang pencak silat dan organisasi. Mereka bekerja keras menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) Pagar Nusa, serta merumuskan visi dan misi organisasi. Setelah AD/ART selesai disusun, tim perumus kemudian mengusulkan pembentukan Pagar Nusa kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Pada tanggal 22 Suro 1368 H atau 1986 M, Pagar Nusa resmi didirikan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Pendirian Pagar Nusa ditandai dengan pembacaan deklarasi oleh K.H. Mustofa Bisri, salah seorang tokoh NU yang memiliki peran penting dalam proses pembentukan Pagar Nusa. Dalam deklarasinya, K.H. Mustofa Bisri menyatakan bahwa Pagar Nusa didirikan sebagai wadah untuk mengembangkan dan melestarikan pencak silat sebagai bagian dari budaya Indonesia, serta untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Peran dan Fungsi Pagar Nusa

Sejak didirikan, Pagar Nusa telah memainkan peran penting dalam mengembangkan dan melestarikan pencak silat di Indonesia. Organisasi ini tidak hanya menjadi wadah bagi para pesilat NU, tetapi juga bagi masyarakat umum yang berminat mempelajari pencak silat. Pagar Nusa menyelenggarakan berbagai kegiatan pelatihan, pertandingan, dan festival pencak silat, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Selain itu, Pagar Nusa juga aktif dalam melakukan pembinaan terhadap para pesilat muda. Organisasi ini menyelenggarakan berbagai program pelatihan dan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pesilat muda, serta menanamkan nilai-nilai luhur pencak silat, seperti disiplin, sportifitas, dan rasa hormat terhadap guru dan sesama.

Pagar Nusa juga memiliki fungsi sosial yang penting. Organisasi ini seringkali terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti membantu korban bencana alam, memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu, dan menyelenggarakan kegiatan bakti sosial lainnya. Melalui kegiatan-kegiatan ini, Pagar Nusa berusaha untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

Perkembangan Pagar Nusa

Seiring berjalannya waktu, Pagar Nusa terus berkembang dan melebarkan sayapnya. Organisasi ini kini memiliki cabang di hampir seluruh wilayah Indonesia, bahkan di beberapa negara di luar negeri. Jumlah anggota Pagar Nusa juga terus bertambah, menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap pencak silat semakin meningkat.

Pagar Nusa juga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme organisasi. Organisasi ini menyelenggarakan berbagai pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuan para pengurus dan pelatih, serta mengembangkan kurikulum pelatihan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Pagar Nusa juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun organisasi masyarakat lainnya, untuk mengembangkan dan melestarikan pencak silat. Kerjasama ini dilakukan dalam berbagai bidang, seperti pelatihan, penelitian, promosi, dan pendanaan.

Gus Maksum Jauhari dan Pagar Nusa

Salah satu tokoh penting dalam perkembangan Pagar Nusa adalah KH. Agus Maksum Jauhari atau yang lebih dikenal dengan Gus Maksum Jauhari. Beliau merupakan salah satu pendiri dan juga guru utama Pagar Nusa. Gus Maksum memiliki peran sentral dalam merumuskan sistem pelatihan dan pengembangan pencak silat di Pagar Nusa. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang kharismatik dan memiliki pengaruh besar di kalangan pesilat NU.

  • Peran Gus Maksum:
  • Merumuskan kurikulum dan sistem pelatihan Pagar Nusa.
  • Memberikan motivasi dan inspirasi kepada para pesilat.
  • Membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak.
  • Menjaga nilai-nilai luhur pencak silat.

Pencak Silat dan Nilai-Nilai Nahdlatul Ulama

Pagar Nusa tidak hanya sekadar organisasi pencak silat, tetapi juga merupakan bagian integral dari Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, Pagar Nusa menjunjung tinggi nilai-nilai yang dianut oleh NU, seperti tawassul, tawasul, dan tasamuh. Nilai-nilai ini tercermin dalam setiap aspek kegiatan Pagar Nusa, mulai dari pelatihan hingga pertandingan.

Pencak silat di Pagar Nusa juga tidak hanya menekankan pada aspek fisik, tetapi juga aspek mental dan spiritual. Para pesilat Pagar Nusa diajarkan untuk memiliki akhlak yang baik, rendah hati, dan menghormati orang lain. Mereka juga diajarkan untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah SWT sebelum dan sesudah berlatih atau bertanding.

Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama

Source: or.id

Tantangan dan Harapan Pagar Nusa

Pagar Nusa, seperti organisasi lainnya, juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga eksistensi dan relevansi pencak silat di tengah perkembangan zaman. Modernisasi dan globalisasi dapat menggerus minat generasi muda terhadap pencak silat, jika tidak diantisipasi dengan baik.

Oleh karena itu, Pagar Nusa harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Organisasi ini harus mampu menawarkan program-program pelatihan yang menarik dan relevan bagi generasi muda, serta memanfaatkan teknologi informasi untuk mempromosikan pencak silat kepada masyarakat luas.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Pagar Nusa memiliki harapan yang besar untuk masa depan. Organisasi ini berharap dapat terus mengembangkan dan melestarikan pencak silat sebagai bagian dari budaya Indonesia, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. Pagar Nusa juga berharap dapat terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Aspek Deskripsi
Sejarah Didirikan pada tahun 1986 sebagai wadah pencak silat NU.
Tujuan Melestarikan dan mengembangkan pencak silat sebagai warisan budaya.
Nilai Menjunjung tinggi nilai-nilai NU (tawassul, tawasul, tasamuh).
Tokoh Penting K.H. Mustofa Bisri, Gus Maksum Jauhari.
Tantangan Menjaga eksistensi pencak silat di era modern.